PENTINGNYA PORTOFOLIO ANAK

Homeschooling menuntut anak menjadi pembelajar mandiri. Setiap anak akan memmiliki keunikan sendiri-sendiri dalam pencapaian minat dan bakatnya. Yang menarik adalah bahwa tiga anak kami memiliki cara belajar sendiri-sendiri. Cara anak belajar si sulung sangat berbeda dengan si tengah maupun si bungsu. Oleh karena itu hal yang sangat mustahil apabila kami membuat suatu standard yang sama untuk ketiga anak tersebut. Hal inilah yang biasa dilakukan di dunia persekolahan.

STANDAR. bila kita membicarakan tentang standar, berarti yang pertama kali kita ingat adalah mesti ada skala minimal yang bisa dicapai untuk si anak. Dan untuk mencapainya berarti harus ada prosedur baku yang dibuat untuk si anak. Dunia persekolahan biasa menyebut KURIKULUM atau apapun namanya. Perbedaan  signifikan antara dunia persekolahan dengan homeschooling yang kami rasakan adalah tentang bagaimana menyikapi kurikulum ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak. Sekolah menuntut si anak harus bisa ini dan itu, sesuai dengan kurikulum yang telah dibuat. Dan apabila masih belum memenuhi standar, maka perlu ada kegiatan peningkatan kualitas anak seperti tambahan jam belajar atau les. Sementara homeschooling yang biasa kami rasakan memandang kurikulum tidak se rigid seperti pada sekolah, bahkan kami tidak menyusun secara baku. Kami memandang kurikulum ini sebagai salah satu jalan untuk si anak lebih mudah memahami sesuatu, dan kunci memahami sesuatu harus ada kata tambahan "bahagia". artinya ketika si anak sedang mempelajari dan memahami sesuatu subyek maupun obyek, belajar haruslah diliputi perasaan bahagia. itulah yang paling sulit bagi kami, mempelajari dan memahami sesuatu dengan bahagia. walaupun sulit tetap kita akan berusaha mencapainya.

Karena kami memandang tiap-tiap anak adalah unik, maka untuk membuat strategi dan metode belajar masing-masing anak kami juga jelas tidak sama. sebagai contoh Azmi anak kami pertama cenderung analitis, tertarik obyek tiga dimensi dan sangat menyukai hal yang bergerak seperti game dan animasi. Azmi sangat menyukai game, sedangkan kami sebagai orang tua cenderung khawatir, akan bahaya negatif game komputer. kami tidak bisa melarang begitu saja akan kegemaran Azmi tersebut. Hal yang kami lakukan adalah membuat batasan-batasan tentang penggunaan game. Hal yang kami khawatirkan yang pertama adalah game bisa membuat si anak menjadi kecanduan, dan ujung-ujungnya adalah emosi si anak menjadi labil. Kedua; bermain game bagi kami adalah kegiatan konsumtif yang cenderung tidak ada gunanya [sia-2 dan membuang-buang waktu]. Ketiga; bermain game online akan membuat si anak mudah sekali terpapar pornografi.

Untuk mengantisipasi ketiga kekhawatiran ini, maka kami berusaha mengubah paradigma game itu sendiri di otak kami. kami harus mulai melihat sisi positip game itu sendiri. dan sisi positip ini yang harus kami eksloitasi. beberapa sisi positip dari game yang harus kami akui muncul dari Azmi contohnya adalah misalnya pemahaman tentang bahasa pemrograman yang jauh lebih baik, mampu memahami alur berpikir dari sebuah game dan mampu memecahkan berbagai masalah yang timbul di dalamnya walaupun terkadang sering terburu-buru sehingga belum optimal hasilnya [ini tantangannya], kemudian mampu membuat berbagai obyek tiga dimensi yang cukup sulit untuk anak
-anak seumuran Azmi. Ini beberapa hal positip yang harus wajib kami eksploitasi dari Azmi. Bentuk-bentuk eksploitasi yang biasa kami lakukan adalah membiasakan bagi Azmi untuk membuat proyek-proyek yang bersifat riil. misalnya seperti membuat desain rumah, desain furniture, mengajari teman-temannya belajar komputer dan sebagainya.

Penting bagi keluarga-keluarga yang menganut homeschooling, jangan menuntut terlalu banyak bagi anak-anaknya untuk bisa melakukan sesuatu dengan cepat atau menuntut anak-anaknya bisa seperti anak-anak keluarga HS lain yang bisa ini dan itu. sekali lagi jangan. Nikmati saja prosesnya...Mendidik anak tidak seperti kejuaraan mobil Formula 1 atau semacamnya.  Tantangan tiap-tiap keluarga HS jelas berbeda-beda. Cara memecahkan masalahnya juga berbeda-beda. Tidak boleh kita menstigma anak-anak kita lebih bodoh atau menstigma anak kita dengan sesuatu yang bersifat negatif.

Dan kemudian anak-anak kita bisa menikmati proses belajarnya secara mandiri. Itu adalah Bonus yang telah diberikan Tuhan untuk keluarga kita. Lebih-lebih ketika anak kita bisa bermanfaat untuk orang lain, itu juga harus patut kita syukuri.

Khusus bagi anak-anak yang telah menemukan minat dan bakatnya. penting rasanya untuk menyimpan hasil minat dan bakatnya dalam bentuk portofolio. Mungkin bagi anak yang menguasai sesuatu yang bersifat kreatif seperti membuat obyek yang riil dan sebagainya tidak merasakan kesulitan untuk menyimpan dokumen tersebut. Tetapi bagi anak-anak yang memiliki minat dan bakat yang "tidak terlihat" hasil maupun produknya. Juga tetap harus dicarikan cara untuk menyimpan portofolio tersebut. Intinya portofolio hasil proses pembelajaran itu sangat penting bagi anak. Dan orang tua memiliki peran untuk membantu menyimpan, mengeksploitasi dan mengapresiasi hasil belajar tersebut. Untuk yang masih belum terlihat hasil belajarnya.. Jangan khawatir dan jangan tergesa-gesa untuk menstigma anak anak kita. Allah telah menyiapkan peran untuk anak kita di masyarakat, sekarang tinggal peran orang tua untuk membantu memantik potensi si anak tersebut....

Semangat!!!!






Komentar

Postingan Populer